Sunday, March 6, 2016

Diskusi Penuh Makna

Aku besar dalam keluarga yang mengerti agama. Aku sekolah dari TK sampai Kuliah g pernah lepas dari lingkungan masjid. Dari situ aku banyak belajar tentang agama islam. Berangkat dari lingkungan agamis ini, aku dikelilingi oleh orang-orang yang sangat faham mengenai agama. Dan itu merupakan sebuah keuntungan besar buatku. Karena hanya dengan berkumpul dengan mereka saja aku dianggap ALIM oleh teman-temanku. G sampai disitu, bahkan akupun jadi malu untuk berbuat nyimpang layaknya anak remaja pada umunya. Mulai dari pacaran, ngerokok, ngedrugs, sampai tawuran alhamdulillah aku g pernah menyentuhnya.

Selain dibesarkan dari lingkungan yang agamis, aku jug aberperan aktif dalam beberapa ekskul.Dari PMR, REMUS (Remaja Musholla), sampai REMAS AT-TAQWA (Remaja Masjid Agung Kabupaten) di Bondowoso. Berkumpul dengan orang - orang yang ahli agama, yang notabene mereka adalah jebolan PONDOK. aku jadi sering aktif dalam kajian keislaman. G sampai disitu aja. Teman-temanku itu bahkan sering ngadain diskusi setiap akhir pekan. Dan g tangung-tangung, diskusinya dari habis isya' bisa nyampe subuh. Aku g pernah kebayang sebelumnya bisa larut dalam diskusi yang isinya "daging" semua kayak gitu. Apalagi ditambah dengan guyonan masalah-masalah yang sedang HOT saat itu. Beh... tambah mantep dah.

Pernah suatu ketika saya berdiskusi dengan teman-teman saya. seperti biasanya kami berangkat dari ranah kehidupan pribadi sampai ke ranah agama. tiba-tiba kami semua mencium bau bangkai yang sangat menyengat. sampai-samapi saya pun merasa mual, seperti ingin muntah. ternyata setelah saya tanyakan pada teman saya yang punya kelebihan bisa melihat hal-hal gaib. Dia bilang bahwa baru saja ada orang yang datang. Ternyata dia adalah tetangga teman saya yang rumahnya tidak jauh dari rumah teman saya itu. Yang kebetulan baru saja meninggal dunia. setelah mendengar penjelasan dari sahabat saya itu. saya langsung merinding. lantas saya bertanya pada sahabat saya itu. "kenapa bisa sebau ini?", "bukankah tiap malam sudah banyak yang menahlilkan?". ternyata doa orang yang tahlilan, yang khusus mendoakan sang almarhum tidak cukup untuk mengurangi beban siksaan di dalam kubur kata sahabatku itu. Dan... setelah ditelusuri lagi, sang almarhum selama hidupnya sering g sholat, suka judi dan g amanah. wah... saya ngerasa tertampar mendengarnya. karena pada hari itu, saya bangun kesiangan. Hingga subuh pun kesiangan.

Di waktu berikutnya. seperti biasa saya berdiskusi dengan teman-teman saya. Tiba-tiba ada segerombolan "amen" datang. tak disangka... yang sebelumnya amen itu bernyanyi dangdut. ketika sampai di rumah teman saya itu, dia langsung bernyanyi islami. tepatnya lagu surgaku milik ungu. Kebetulan kami waktu itu sedang membahas mengenai agama dalam kahidupan sehari-hari.

Pernah juga, suatu waktu. pada saat kami diskusi di alun-slun kota. kami dihampiri oleh orang gila. dengan pakaian compang-camping dan ngomong yang g karuan, tiba-tiba dia duduk di kerumunan kami dan berbicara pelan... dan sangat santun. walaupun masih ngomong ngalor ngidul. tapi... ada satu yang bisa dipetik dari omongan orang gila tadi, bahwa banyak orang yang masih senang buang sampah sembarangan walau sudah ada sampah di depannya.

Dan... Kegiatan berdiskusi sudah menjadi hobi bagiku. Bahkan sampai hari ini, kami biasa menyematkan di akhir pekan untuk berkumpul bersama. sejenak melepas lelah dan rindu setelah sibuk oleh kesibukan pribadi. Bagiku... teman-teman berdiskusiku adalah keluarga.

#30DWC

Saturday, March 5, 2016

CAMAR PANTAI KUTA

matahari sore
jingga semburat melukis horizon
camar bercanda di tengah tawa ombak
menulis sajak usang tentang
senja pantai Kuta

aku berdiri menggambar sepotong hati
dengan repih-repih wajahmu
yang perlahan memudar di sapu
sepotong kenangan
yang di hampar sisi pantai ini

dan ketika matahari merah itu surut pelan
tenggelamkan dirinya pada pelukan malam
aku tetap berdiri
tersenyum amini
air mata yang samar
ngalir di pipi

duhai
ternyata engkau telah dari kemarin
pergi dari sisiku

#30dwc
by Rahman El Hakim

BUYAR

sepersekian detik yang lalu
beribu-ribu ide terbang bermain di mataku
menggoda waktu

betapa setelah di hadapan layar
hablurlah huruf-huruf itu
buyar arungi ruang-ruang samar
nanar

sedang langkah telah semakin gegas
mengais ruas-ruas tanpa batas
ah...

#30DWC
oleh : Rahman El Hakim

MENGAIS SISA KATA

berjuta detik yang lalu bosan
ide sliweran

ku pungut jejeran huruf-huruf itu
di sisa sampah caci maki
mengais belatung bakteri
makna mungkin masih betah
bertahan dalam sempurnanya
keraguan

jemari yang kupaksa
anyam repih-repih imaji
gemetar di sudut gelap hatiku

seribu angsoka
di atas pusara kata
mati suri tanda baca
di racun frasa tanpa warna

duhai

#30DWC
#Rahman El Hakim

Wednesday, March 2, 2016

BENARKAH MATI

nisan-nisan ini meminjam selendang waktu
tegak menentang pilu
tanpa nama
sejarah yang dibisikkan
selepas tengah malam
benarkah telah mati?

lalu kenapa aku berdiri
mengikat rampai kembang tujuh purnama
panggilmu masih abadi
menyelusup ego pribadi
kunci

nisan-nisan ini memekik sepi
menangkupnya disangkar diri
benarkah telah mati?

siapa dalam pusara
lelap tidurkah atau sekedar menukar raga?
mari berbagi
pagi ...

#30DWC

RAYUAN TERTUNDA

ombak menjilati kedua kaki dengan cium mesra
syair cinta sekian masa
"terlalu lama kau merimba
setubuhi belantara tanpa jeda
aku nelangsa mengawani puja
waktu yang tua tanpa mantra"
begitu samar ia berbisik seketika
sedang angin menarikan dansa musim utara
lembab yang merona
pengantin kelana

dan dermaga malu-malu
joran kail umpan nirwana
desah dalam keributan makna
siapa?
tawaran menggoda
rayuan tertunda

O ... pusaran air mata
kau ijinkankah aku melompat ke dalam gelapmu?
sekedar mendekap perih
lalu kutemui Khidir di singgasa angsoka
haturkan rampai tujuh samudera

qobiltu an nikaha ...

#30DWC
by : Rahman El Hakim

KEMARILAH SAYANG

ada sayup panggilmu
dibisikkan angin di pucuk lalang
"Kemarilah sayang ...
membasuh rindu yang tertanam
di luang waktu yang senggang
bibir pantaiku masih merekam
sapuan ciummu yang dalam
pada pasir dan kerang
dan aku gigil melipat kenang
di ruas-ruas karang
ombak tiram perahu nelayan

dan rembulan yang ngintip diam-diam
sempat kuhardik ia dengan geram
kenangan kita tak kusuka
ia membaca apalagi mencurinya
dengan asin ini pun aku tak pernah berbagi

Ah ... kemarilah sayang
matahari telah ku utus menjemputmu
dan kita bertemu
di ujung dermaga ..."

#30DWC
#Rahman El Hakim