Monday, February 29, 2016

BERI AKU

beri aku caci paling maki, biar lenyap segala samsara
beri aku luka paling nganga, biar tumbuh segala cahaya
beri aku kata paling siksa, biar isi jiwa

waktu tak pernah menulis bayang
ia hanya bisa menyesap tualang
waktu adalah jalan panjang:
sembahyang

hidup sekedar naik angkot
nikmati macet penuhnya celoteh penumpang
tanpa sadar sudah harus turun di terminal

beri aku cahaya purnama, biar tunai segala laknat
beri aku simponi paling sepi, biar usai segala khianat
hunjamkan aku ke pusat semesta, biar usai segala penat

#30DWC
#Rahman El Hakim

untitled

sendiri
selalu dibayang-bayangi ketakutan perasaanku. pekat hadirkan dugaan yang benamkan jiwa pada lembah kekerdilan. gelap hadirkan kidung getir perjamuan. gelap membawa rintik air. gerimis intip kesadaran

rantai keinginan semakin ikat renungku
sayapku tertatih letih
merintih perih

hening
meminta ketololanku kulempar ke bak sampah
kejumudanku kutaruh di jurang ketiadaan
riuh pipit, prenjak, dan burung gereja
dalam isak tangis angin serta rerumputan
kelanaku jadi batu
pintumu tetap sama:
terkunci

segala nama dan kata
ku nisbahkan padamu
tersungkur segala:
rindu temu

#30DWC

untitled 2

siapa yang mengetuk pintu ketika jendela terbuka
duga prasangka jadikannya kelebat ketakutan dan terburu
menafsir menakar bahasa angin yang menari di pucuk rindu

datang tak di undang pulang tak di antar
begitulah gelap bisikkan cumbuan di telinga
segala bayang mewujud dalam bentuk paling misteri
sunyi yang sendiri
mati semakin sepi

ah, cecak lantas hunjamkan kengerian
pada denyut tegang kekagetan

di manakah Tuhan?

#30DWC

KAMU

adalah jalanan yang harubirukan kenangan. serupa ular yang nyelusup di bawah dedaunan. mendekam dengan sabar. diam yang menjalar

lantas lampu lampu seign kerjabkan harapan. tentang kehilangan yang tak selalu diritualkan dengan air mata. kerna dukacita adalah tangga pengembara. ruksa samsara amsal segala cahaya

dan segala aksara bermuara
kebingungan paling purba
makna seluruh makna:
cinta

#30DWC

Thursday, February 25, 2016

MAUKAH KAU

betapa inginku melangkah ikuti hendak
mendaki tangga rumahmu dengan tulus
tanpa apa-apa
tanpa doa
tanpa kata

dan dengan lirih
akan ku ucapkan sebuah bisikan:
maukah kau menemaniku
dalam perjalanan sisa usiaku

engkau dengarkah

#R.E.H
#30DWC

PENANTIAN

Ku selalu bercengkrama
Sayup senja di tiap sore
Bayang indah mata indah itu
Datang dan pergi waktu senja mulai menepi

Tak banyak yang ku perbuat
Tak banyak yang ku sesali

Jenuh kadang menghampiri
Namun lenyap seketika
Kalah dengan manisnya lekukan bibir itu

Senja ini mungkin tersenyum
Gemuruh tarian daun itu mungkin mulai membara
Melirik insan yang masih kaku
Mimpi tak kunjung usai

Ingin dan ingin
Kian menjamur dalam kalbu
Ingin mengetuk hatimu, adinda!

#r.e.h
#30DWC

GELASKU

meretas malam
purnama
lingkaran itu menggodaku
sodorkan lembar menu
pengab diatas seporsi pilu
rengsa dalam dada

dengan sedikit terselak kunikmati juga
suapan-suapan senyap
yang titipkan lembaran-lembaran air mata
muhasabah serangga

dan aku lunglai
gelasku telah penuh coretan
hijaiyah yang mana
yang bisa kupahamkan sari madunya?

lalu dengan tanpa duga
Subuh antarkan hidangan pembuka
Hidup baru dimulai ...

Selamat pagi

#r.e.h
#30DWC

Monday, February 22, 2016

DAN SECANGKIR TEH

dan secangkir teh masih setia di depanku
temani sampai ampas terakhirnya
tersenyum ketika kutulis sajak

dia malu-malu bertanya:
"kenapa tak kau tulis cerita bunga-bunga
kenapa kau mengais belatung di comberan
dan mencermati bisik cecak pada semut itu?"

aku terdiam
entah berkhayal atau sedang kerasukan ide
mengacak-acak pemahaman diri
benarkah hari ini aku telah hidup
ataukah berpura-pura saja
atau sekedar kamuflase
dalam bingkai rutinitas
yang dengan gagahnya disebut
ibadah

tahukah engkau

#A day with Rahman El Hakim
#30 DWC- Day 8

Sunday, February 21, 2016

Katak dan Sang Putri

Dahulu kala,seorang penyihir jahat mengutuk seorang pangeran tampan menjadi katak buruk rupa. Kutukan tadi hanya dapt dipatahkan apabila ada putri yang mencium katak tersebut. Sesuatu yang menurut keyakinan penyihir jahat tadi tidak mungkin terjadi.

Pada saat yang sama, ada seorang putri cantik yang ingin sekali menikah dengan pangeran berwajah tampan. Tapi sayang sekali, pangeran itu tidak kunjung muncul dalam kehidupannya. Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan seorang diri di tengah hutan tidak jauh dari sebuah danau kecil. Dia melihat seekor katak buruk rupa yang tinggal disana. Waktu sang putri sedang duduk dengan tenang di tepi danau, merenungkan nasibnya dan merindukan kehadiran pangeran idaman, katak itu melompat kepangkuannya lalu berbicara.

Dia mengatakan pada sang putri bahwa sesungguhnya dirinya adalah seorang pangeran tampan, dan seandainya sang putri menciumnya. Dia akan kembali menjadi pangeran dan akan menikahi sert mencintai putri itu selama-lamanya.

Ide itu terasa menggelikan. Dengan keengganan yang besar, sang putri pun mengumpulkan keberanian dan semangatnya lalu mencium bibir katak tersebut.

Sebagaimana yang dijanjikan, si katak langsung berubah wujud menjadi seorang pangeran tampan. Dia memenuhi janjinya dan menikahi sang putri. Mereka pun hidup bahagia selamanya.

Pesan moral :
Rasa-rasanya hampir setiap orang mempunyai satu atau lebih dari satu, hambatan yang membuat dia tidak dapat sepenuhnya berkembang menjadi manusia yang sungguh-sungguh bahagia, sehat, serta gembira. Manusia yang menantikan datangnyta hari baru dengan penuh semangat.

"Katak" apakah di dalam kehidupan mu yang perlu di "cium" sebelum kamumeraih segala sesuatu yang mampu kamu raih? apa sajakah pengalama-pengalaman negatif dalam hidup yang perlu kamu rangkul, atasi dan manfaaatkan agar dapat mengubah diri menjadi sosok yang mengagumkan?

Cerpen cinta part 1

Bunyi sms itu ringkas tapi membuat Toni ketawa kecut, "Katakanlah, Ton. Apa sebab aku selalu merindukanmu. Padahal aku benci kamu!"

Malam telah semakin larut.
Di kejauhan terdengar suara burung hantu dalam kesendirian.

Rembulan muncul dari balik pepohonan. cahayanya terpancar di permukaan gerumbulan dedaunan. Diam-diam Toni melenguh. Dalam hatinya berkata, "Kalau rindu, aku juga begitu, Win. Tapi itu tidak menggugurkan fakta bahwa kita beda bak langit dan bumi. untuk apa bersama kalau kita selalu bertengkar?"

"Karena kamu tak pernah mau mengalah", begitu selalu jawab Winda. Ia ingin kekasihnya belajar mendengar dengan baik. Setelah paham baru membantah.

Tapi Toni berkilah, "Bukan aku tak mau mendengar. Aku hanya tak mau membiarkanmu mengembangkan jalan pikiran yang kacau. Justru karena aku sayang kamu. Kalau aku tak sayang, ngapain aku pusing-pusing. mau berpikir dengan cara apapun itu urusanmu!"

"Mengapa kebenaran harus selalu datang dari perspektifmu?"

"Sejauh itu menyangkut hal-hal yang harus dipecahkan dngan kepala dingin, ikuti caraku. Fokuslah pada reasoning. Setiap keputusan harus ada alasan rasionalnya. Kalau dia tak bisa memberikan alasan yang masuk akal, tinggalkan. Itu pasti produk emosimu. Emosi takkan pernah bisa menjelaskan apa-apa.

Pada suatu kali karena jengkel, Windah menyegah emosi.

"Oke, kalau begitu. dari dulu semestinya aku sudah meninggalkanmu. Karena dari dulu sampai sekarang, aku tak pernah bisa menjawab mengapa aku sayang kamu? Padahal bersamamu tiada hari tanpa pertengkaran. asal kamu tahu saja, Ton. Karena kuikuti emosiku itulah kita tetap bisa bersama sampai hari ini."

Itu dulu, dua tahun lalu.

Sekarang mereka sudah terpisah oleh jarak yang teramat jauh. Satu ke timur satunya ke barat. Winda pilih lari mengejar ke Udayana, Bali. Sementara Toni bekerja di Batam. Tapi semakin mereka saling menjauh, semakin kuat tikaman rasa rindu itu memancap ke jantung. Tiap kali bulan purnama muncul di langit. kesunyian segera merobek-robek hati mereka.

Sepi. Sunyi. Rindu Ingin bertemu.

"Kali ini aku paham -begitu bunyi SMS Toni suatu kali- ternyata tidak semua hal dari kehidupan ini bisa kudekati dengan rasio. Hati dan otak rasanya mereka datang dari kamar jiwa yang berbeda. "Aku juga rindu kamu, Win!"

"Kalau kamu rindu aku, kenapa kau tidak temui aku di Bali sekarang?"

"Ha, itu juga aku tak tahu. Sungguh, demi Allah aku rindu kamu, Win. Tapi kenapa aku tak segera meluncur ke tempatmu. Kali ini rasioku lumpuh. Aku bingung. Kalau kamu bisa melihatku, pasti kamu tertawa. Sedari sore tadi, aku mutar-mutar sendiri di rumah. Dari dapur ke kamar. Dari taman ke taman. Balik lagi ke dapur. Dari sore hingga larut malam begini. Kalau kakiku ada speedometernya, mungkin sudah setara 30 km aku mondar-mandir di tempat."

"Ha...ha...ha...." Winda terbahak keras di telpon.

"Kamu memang gila, Ton. Tapi jujur kuakui. Itulah yang sering membuatku tertawa tiap kali melihat tingkahmu. Kamu ini manusia dengan otak dewasa yang terperangkap hati anak-anak!"

Berkata begitu, Winda merasakan desir kuat di jantungnya. Seperti sepoi angin yang tiba-tiba nyelonong di tengah terik matahari. Winda teringat bagaimana Toni suka berfilsafat sambil tiduran di rumput. Disandarkannya kepalanya di pangkuan Winda. Tapi ketika dia akan berkomentar, mendadak terdengar seperti suara kodok keluar dari mulut Toni. tertidur pulas rupanya. Wajahnya polos bak bayi tak berdosa.

Didorong oleh panggilan keibuannya, tangan Winda membelai kening Toni.

#30DWC

Friday, February 19, 2016

Mengajar

Mengajar itu bukan tentang menyampaikan sesuatu. mengajar itu bukan hanya mentransfer ilmu baik itu ilmu sains, sosial atau agama. mengajar itu adalah pekerjaan yan paling mulia. bahkan di sebuah hadist berbunyi, " tidak akan dibawa mati semua amal anak cucu adam kecuali 3 hal yakni ilmu yang bermanfaat, anak yang sholeh dan amal jariyah". Jelas ilmu yang bermanfaat yang dimaksud adalah mengajar.

Kita tahu bahwa semua peradaban manusia bisa berubah berkat mengajar. orang islam mengenal Rasullullah saw. yag memang di utus ke dunia untuk menyempurnakan dan mengajarkan akhlak. bahkan dalam sebuah buku 100 orang yang paling berpengaruh didunia, beliaulah yang pertama. Ya beliaulah yang pertama menyempurnakan akhlak bangsa arab jahiliah terdahulu.

Ambil contoh lagi peran wali songo di tanah jawa. mereka menyebarkan islam di tanah jawa dengan cara mengajarkan kebaikan dengan pendekatan yang amat lembut. sehingga mudah diterima oleh masyarakat jawa kala itu. memang, titik tekan peran para wali itu adalah agama. tapi mereka tidak melupakan juga sisi keilmuan yang lainnya seperti kesenian, berperang, astronomi dll.

Dari dua contoh diatas, saya ambil kesimpulan bahwa mengajar itu tidak asal mengajar. namun, ada hal-hal yang tidak boleh lepas dari mengajar itu sendiri. diantaranya adalah akhlaq yang diwujudkan dengan perilaku dan tutur kata. sehingga orang-orang yang di ajar akan mudah faham dan suka pada sang pengajar. dengan itu mereka dengan sendirinya akan mencari dan mendalami hingga akhirnya akan menjadi ahli dibidang yang mereka tekuni.

Beda dulu, beda sekarang. guru - guru sekarang hanya mengandalkan kepintarannya untuk mengajar. mereka mengira antara sikap, tutur kata dan ilmu yang di ajar tidak ada kaitannya. padahal semua itu sangat berpengaruh, terutama pada murid-murid yang memang tidak ada gairah untuk mengajar. tidak cukup cara cepat, atau cara gila dalam menyelesaikan soal. melainkan bagaimana si murid bisa ikut termotivasi dengan hadirnya guru tersebut. bahkan kalau di pondok pesantren, seorang guru/ustadz, tak pernah lepas dari mendoakan santri-santrinya. karena dengan doa itulah, ilmu yang diajarkan bisa lebih manfaat (barokah).

Aku pernah mendengar sebuah ungkapan bahwa "setiap orang adalah guru buat kita".

Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi seorang "pengajar/guru" yang baik, minimal buat keluarga kita

#30DWC day 5

Thursday, February 18, 2016

I hate love story

Yaps, aku benci film cinta. buatku itu adalah omong kosong. iya, omong kosong, karena cinta tiap orang berbeda, bahkan mungkin ada orang yang belum pernah merasakan mencintai ataupun dicintai. Coba kita liat semua kisah cinta yang paling populer di jagad raya ini, mulai dari Romeo dan juliet, Siti Nur Baya, Titanic dan beberapa film yang lainnya. apakah kita bener-bener bisa mengerti tentang pengertian cinta yang sebenarnya? apakah tentang dihargai, di support atau tentang sex?

Cinta adalah rasa. Dan... rasa itu bukan kata yang bisa dikisahkan begitu saja. Tapi, harus bener bener bisa diresapi, direnungkan dan dirasakan. Maka setelah itu, kita bisa menceritakan apa itu cinta. Hanya saja, dari sekian banyak pengertian tentang cinta. Dari sekian banyak kata mutiara cinta. Apa sudah benar cara kita mencinta? apa sudah sesuai?

Kebenaran memang bukanlah hal yang mutlak. tapi setidaknya kita merenung sejenak, tentang apa sih cinta itu? bagaimana cara kita mencintai agar sang Maha Cinta tidak pernah cemburu pada kita? atau kita cukupkan cinta itu pada hal-hal yang berbau nafsu. entah itu terbalut dalam perhatian, kasih sayang, pelukan atau yang lainnya.

Atau mungkin hanya orang-orang "terdahulu" saja yang benar-benar sanggup memaknai cinta yang sebenarnya. sehingga mereka bisa merasa benar-benar hidup tanpa perlu adanya motivasi atau dorongan dari orang sekitar. ya... rasa-rasanya kita terjebak dalam dunia "mobil mogok". yang perlu di dorong dan di servis dulu untuk bisa jalan. perlu ada yang mengingatkan dan memotivasi untuk bisa berkarya. perlu untuk adanya orang yang mencintai untuk bisa benar-benar hidup.

Cinta... cinta...
sudah pantaskah aku merasakannya?

#30DWC DAY 3

Tuesday, February 16, 2016

KEPADA PEREMPUANKU

Perempuanku
Apakah kau tahu seberapa besar perasaanku padamu? Apakah sampai kepadamu segala desah yang kuembuskan dalam angin? Dan terasa di kedalaman batinmu tentang kerinduanku yang tak kunjung benar-benar bisa aku nyatakan?

Serupa ulat yang ditakdirkan memakan pucuk-pucuk dedaunan di sebuah padang rumput, aku harus melahap segala apa yang ada di depanku tanpa aku mampu memilih dan memilahnya. Detik demi detik aku lalui dengan pengembaraan dalam wujud peniadaan kepada segala. Menantang matahari yang tak pernah ramah, panasnya selalu dan semakin membakar rapuhku. Mendidihkan seluruh darah dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun. Aku menggelegak tanpa mampu mengelak.

Berdiri tegar menghadapi dingin dan gelap malam yang terkadang tanpa cahaya apapun. Jangankan rembulan, lintang bahkan sangat sering dia bersembunyi di balik kesenyapan. Kesenyapan … iya hanya kesenyapan yang melingkupi pengembaraanku.

Ketika musim tanpa belas kasihan siramkan hujan dari langit, aku hanya terpekur sendiri tanpa pegangan. Tiada yang peduli padaku. Ilalang dan semak tempatku menggelantung, semuanya bertempur, berjuang agar tak koyak, tak roboh, dan tidak terhempas terhumbalang ke bumi. Semuanya memikirkan nasibnya sendiri.

Perempuanku
Sungguh aku sangat sering di ombang ambingkan keraguan. Aku ragu pada diriku sendiri. Ragu pada inderaku sendiri, ragu pada keberadaanku sendiri, pun aku ragu dengan perasaaanku sendiri.

Lalu datang kabar dari langit, sudah waktunya ragaku masuk ke gua pertapaanku. Tapi di mana? Tidak ada petunjuk apapun yang bisa kujadikan pedoman. Apakah aku harus ngampung sama tikus yang membuat liang dekat batu di tepi sungai? Ataukah aku pinjam lubang cacing yang pengab itu? Sungguh kebingungan ini mendekapku tanpa ampun. Kegamangan menarik seluruh daya ciptaku pada titik nadir terendah. Seperti dilempar ke dalam jurang yang teramat dalam.

Dengan keberanian yang datangnya dari negeri antah berantah, perlahan aku bangkit dari ketidakberdayaan. Aku mencari ranting paling tinggi. Merayap perlahan, kemudian menggelantung, menyelimuti diriku sendiri dengan air liurku sendiri, memintalnya menjadi benang tipis yang rapuh.

Perempuanku
Sungguh kesakitan tak pernah memberiku jeda untuk sekedar menghela nafas. Waktu mendesak dan membuatku seperti binatang buruan. Tak ada kata berhenti dan istirahat.
Sisa-sisa kepatuhan dan kepasrahan menuntun diriku menganyam benag-benang itu menjadi rumah yangbaru dan asing. Sungguh sangat asing dan gelap. Aku terpisah dari seluruh keindahan dunia luar. Betapa sepinya hidup. Suara-suara hanya terdengar lirih dan lirih. Gelap perlahan mengurungku dalam wujud nyata yang tiada tara. Pengasinganku dimulai.

Setelah sekian lama meringkuk dalam sepi tanpa tepi, tiba-tiba cahaya menyeruak. Gua pertapaanku robek, pecah! Sinar matahari begitu menyilaukan mataku. Aku bertanya dalam hati: ada apa lagi? Apakah masih belum cukup pantas segala kesakitan yang sudah aku jalani? Apakah masih kurang pertapaan dan pengasingan? Apakah pengorbanan dengan menjalani keping demi keeping kepedihan masih belum cukup? Semua diam, tiada jawaban yang bisa menerangkan segala duga prasangka dalam dadaku.

Perempuanku
Begitu lemah tubuhku setelah beribu detik menyepi, bertapa dalam kesunyian yang teramat panjang. Masihkah ada yang peduli padaku?

Aku kerjabkan kedua mataku, mencoba membiasakan pandangan dengan segala hal yang baru. Ada suara-suara yang mendengung di telingaku, tetapi terlalu samar untuk bisa aku pahami sepenuhnya. Dan aku temukan sepasang sayap tumbuh di tubuhku. Ah, aku terpana. Mencoba mengeja siapa sebenarnya aku. Mencoba menebak dan mencari tahu wujudku yang sebenarnya.

Lantas angin membelai penciumanku dengan laksaan aroma yang dulu tak pernah bisa aku tahu macamnya. Sungguh aku ingin menghirup segala wangi itu dan mengalirkannya ke dalam tubuhku, dan berharap tubuhku mampu menerjemahkannya menjadi energy kehidupan yang baru.

Perlahan aku menggerakkan kedua sayapku. Mengepakkannya dengan hati-hati. Belajar berkompromi dengan angin dan menunggangi angin. Molekul-molekul kegembiraan berdesakan di seluruh tubuhku.

Perempuanku
Ribuan warna dan aroma terhampar di hadapanku. Jutaan bunga mekar kelopaknya, menawarkan seribu kesenangan dalam wujud yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku terbang menjelajahi padang luas itu. Sekarang semuanya telah berubah. Semua tumbuhan telah mengeluarkan bunga mereka masing-masing. Meruarkan berbagai macam aroma yang sungguh sangat menggoda.

Ah, tidak aku tidak menginginkan mawar itu. Dia terlalu genit dandanannya. Duri-durinya selalu saja siap sedia melukai siapa saja yang berani mendekatinya. Kelopaknya pun terlalu rapuh untuk sekedar dipegang.

Aku juga tidak menginginkan seruni itu. Terlalu angkuh dia berdiri. Semarak warnanya tak pernah benar-benar sanggup sajikan keindahan. Kelopaknya selalu saja sediakan jebakan bagi siapa saja yang berani menghisap sari hidupnya.

Kamu… iya hanya kamu yang aku inginkan. Bunga melati di rerimbunan daun yang menghijau. Tersembunyi dari jangkauan tangan-tangan nakal cuaca. Kelopakmu adalah warna kesucian semesta.

Iya kamu, tempatku memuja Sang Maha Segala.
Menuju altar nirwana


The End

#30DWC

Monday, February 15, 2016

Day 1 #30DWC

Alhamdulillah....
Akhirnya setelah beberapa tahun belajar tentang kepenulisan. Berawal dari bengong liat temen yang udah bikin buku sendiri. Takjub liat puisi temen yang nempel di koran-koran. Apalagi kerasa banget pas jadi mahaiswa kemarin. Beh.... kaya' yang g bisa lulus aja, gimana enggak coba. Dari bikin makalah sampai bikin skripsi, semua harus tulisan dari buah pikiran sendiri. Nyontek langsung di buang sama dosenku. Akhirnya... mau g mau aku rajin ke perpus, ke toko buku, blogwalking, sampe ikut komunitas seniman dan budayawan yang pola pikir orang-orangnya buat ku jadi gila. (senyum-senyum & ketawa-ketawa sendiri kalo mikirin sesuatu)

Eh... ketemu juga sama bang rezky, yang mau memfasilitasi secara gratis selama 30 hari berturut-turut lagi. padahal.... dulu pas pengen belajar kepenulisan, sampai di belan-belani ikut seminar, kursus online (tapi g jadi karena kemahalan hehehe) ujung-ujungnya kurang greget juga tulisanku.

Aku sih berharap dengan adanya 30 Days Writing Challenge ini, bisa membuat aku dan semua personil grup #30DWC semakin produktif dalam menghasilkan karya. Apalagi koleksi buku dan e-book ku udah lama tak kusentuh (sampai banyak laba-labanya hehe). Aku juga senang akhirnya bisa blogwalking, cari inspirasi temen-temen satu grup. syukur-syukur ada yang mau ngasih saran, ide, tema, atau sekedar motivasi.

Bismillah ini adalah awal dari segalanya.
Awal untuk menjadi seorang penulis.
awal untuk menjadi seorang yang produktif
Awal menjadi seorang yang inspiratif.

Amin....

#30Dwc

Sunday, February 14, 2016

Bismillah,Yes I'am ready for 30 Day writing challenge


Bismilah.... dengan tekad bulat dan semangat menggebu-gebu. Setelah sekian lama mencari komunitas online kepenulisan pemula. Akhirnya kutemukan #30DWC. Harapanku dalam mengikuti 30DWC ini adalah agar tingkat produktivitas ku dalam membaca buku, artikel, maupun koran semakin baik. selain itu aku juga berharap tingkat kepekaanku terhadap isu-isu yang sedang hangat semakin terasah. karena selama ini aku merasa terlalu kaku dan lugu dalam menjalani hidup.


So, dengan adanya coach Rezky sebagai mentorku. ditambah lagi teman-teman penulis yang siap memberi saran maupun kritik, aku yakin, suatu saat nanti cita-citaku dalam menerbitkan sebuah buku, entah itu berupa novel, kumpulan puisi, atau sekedar coretan iseng semata akan tercapai. AMIN

#30DWC